Kamis, 04 Oktober 2012

Tawuran Pelajar


KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan Rahmat Nya lah maka saya boleh menyelesaikan sebuah makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “perilaku sosial tawuran antara kelompok pelajar” yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi pelajar lain dan masyarakat umum lainnya.

Melalui kaa pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat.

Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.


Jakarta, 03 Oktober 2012


“Penulis”


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI    ...................................................................................................... ii

BAB I         PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang ............................................................................ 1
B.    Tujuan .......................................................................................... 1
C.    Sasaran ........................................................................................ 2

BAB II        ISI
A.  Pengertian .................................................................................... 3
B.    Penyebab ..................................................................................... 4
C.    Contoh Kasus  ............................................................................. 7
D.   Pembahasan ................................................................................. 8

BAB III      PENUTUP
A.   Kesimpulan ................................................................................ 10
B.    Saran .......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Latar belakang saya memilih judul tersebut karena semakin maraknya tawuran antara pelajar dengan pelajar disekolah.
Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Masalah yang lebih menarik lagi adalah para pelajar SLTA di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sering tawuran dan seolah-olah bangga dengan perilakunya tersebut.
Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota. Banyaknya tontonan yang menggambarkan perilaku agresif dan games yang bisa dimainkan di play station atau komputer diduga bisa mempengaruhi perilaku. Inti dari pengaruh kelompok terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok lain.

B.     Tujuan
Saya berharap untuk ke depannya atau untuk masa yang akan datang tidak ada lagi tawuran atau keributan antara kelompok-kelompok pelajar karena tawuran dapat merugikan orang lain dan membahayakan diri.
Didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh,atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.

C.     Sasaran
Saya berharap dengan adanya makalah ini saya buat supaya anak-anak pelajar sekolah terutama dan mahasiswa atau masyarakat lain agar membaca makalah ini supaya mereka semua tersadar bahwa tawuran itu sangat berbahaya dan tawuran adalah tindakan yang sangat anarkis dan kriminal.


BAB II
ISI


A.  Pengertian 
Dalam kamus bahasa indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorng manusia yang belajar sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian antara yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut di lakukan oleh orang yang sedang belajar. 
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja di golongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency) kenakalan remaja, dlam hal perkelahian dapat di golongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik :
1.    Delikuensi situasional : perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan: mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.      Delikuensi sistematik : para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng.
Disini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggotanya tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah geng yang mana dari pembentukan geng inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus di patuhi karena ia berada di lingkup kelompok tanpa teman sebayanya.




3.      Teori Belajar social
Teori belajar sosial lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura (dalam Sarwono, 2002) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari- hari pun perilaku agresif dipelajari dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam lingkungan kebudayaan setempat atau melalui media massa.
4.      Teori Kualitas Lingkungan
Strategi yang dipilih seseorang untuk stimulus mana yang diprioritaskan atau diabaikan pada suatu waktu tertentu akan menentukan reaksi positif atau negatif terhadap lingkungan. Berikutnya adalah teori Kualitas Lingkungan yang salah satunya meliputi kualitas fisik (ambient condition). Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient condition), Rahardjani dan Ancok (dalam Prabowo, 1998) menyajikan beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku yaitu: kebisingan, temperatur, kualitas udara, pencahayaan dan warna. Menurut Ancok (dalam Prabowo, 1998), keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni.

B. Penyebab
Tawuran adalah suatu tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror) pada warga yang ada di sekitar tempat kejadian perkara tawuran.
Tawuran bisa terjadi antar pelajar sekolah, antar mahasiswa kampus, antar mahasiswa, antar warga, antar pendukung/supporter, antar penganut agama, antar suku, dan bias juga antara warga dengan pelajar, antara pendukung parpol dengan polisi dan lain sebagainya.

Tawuran yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita sehari hari adalah tawuran pelajar sekolah. Tawuran antar murid sekolah biasanya terjadi berbagai hal, sebab-sebab terjadinya tawuran diantaranya yaitu :
1.      Budaya atau kebiasaan murid sekolah dari dulu
2.      Saling pelotot- pelototan antar pelajar sekolah
3.      Saling ejek- mengejek antar pelajar sekolah
4.      Ingin balas dendam karena ada yang di ganggu
5.      Keributan imbas dari suatu pertandingan atau perlombaan
Tawuran pelajar yang sudah menjadi budaya akan sulit di berantas karena siswa siswi yang bandel akan menjadi provokator tawuran dan memaksa teman temannya serta adik kelas untuk ikut ambil bagian dalam tawuran antar pelajar.
Bagi yang tidak ikut tawuran biasanya akan di musuhi, di kerjai, di maki maki, di ejek, di fitnah, bahkan bias di perlakukan kasar dari para pelajar nakal.
Faktor internal, faktor ini merupakan faktor utama penyebab para pelajar banyak yang “ikut-ikuttawuran diantaranya.  Ajakan teman, beberapa pelajar yang tawuran ternyata ada diantara karena ajakan teman, karena takut dibilang “cupu loe ga mau ikut tawuran, punya nyali ga loe..??” atau “ini kan buat kebaikan sekolah kita, kalo lo ga ikut mending ga usah jadi temen gue..
Mental yang lemah, tidak mau dibilang “cupu” atau “culun” banyak diantara mereka terlibat dalam tawuran, ini mencerminkan bahwa mental para pelajar kita sangatlah lemah, hal ini tentu harus segera diperbaiki secepatnya, mulai dari diri sendiri dengan dibantu pihak-pihak terkait seperti guru dan orang tua.
Faktor eksternal, selain faktor internal faktor eksternal secara tidak langsung mendorong para pelajar pelajar untuk melakukan aksi tawuran, diantaranya. Ekonomi, biasanya para pelaku tawuran adalah golongan pelajar menengah kebawah ini disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas-pasan bahkan cenderung kurang membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaannya lewat aksi perkelahian tersebut, karena diantara mereka merasa dianggap rendah ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap jagoan.
Perhatian, kurangnya perhatian dari orang-orang disekitar mereka seperti orang tua dan guru membuat mereka bebas dan bisa melakukan segala sesuatu sesuka hati mereka, termasuk tawuran diantaranya.


C. Contoh Kasus
WARTAWAN VS SMA 6 JAKARTA
bermula pada hari Jumat (16/09). Seperti biasa, SMA 6 dan SMA 70 tawuran. Pada saat kejadian itu berlangsung, kebetulan wartawan Trans 7 meliput kejadian tersebut. Menurut berita anak SMA 6 kurang suka diliputnya aksi tawuran mereka. Akhirnya mereka merampas video rekaman tersebut dan melakukan pengeroyokan kepada wartawan tersebut yang bernama Angga Oktaviardi (news.okezone.com).
Karena hal tersebut, akhirnya keesokan harinya wartawan berkumpul di depan SMA 6 untuk meminta pertanggungjawaban sekolah. Kejadian ini berlangsung pada saat istirahat ke-2. Pada saat pulang sekolah, siswa-siswi tidak dapat langsung keluar karena banyaknya wartawan yang mencoba masuk. Para siswa diamankan dengan mengunci gerbang sekolah.
perwakilan dari wartawan melakukan pembicaraan dengan SMA 6 di sekolah. Namun, pembicaraan yang berlangsung baik-baik itu, tidak dibarengi dengan tindakan wartawan dan siswa di luar sekolah. Bentrokan terjadi dan polisi mencoba menenangkan dengan mengeluarkan tembakan di udara.
Empat wartawan menjadi korban. Mereka adalah Yudistiro, wartawan SINDO; Banar Fil Ardi, wartawan online Kompas.com; Panca Surkani, wartawan Media Indonesia dan Septiawan, wartawan Sinar Harapan.
Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto membantah bahwa pihaknya tak melakukan tindakan dalam menghentikan sejumlah kasus tawuran yang sering terjadi di SMA 6 dan SMA 70 Jakarta. namun, ia membenarkan bahwa pertikaian antarkedua sekolah tersebut memang telah terjadi puluhan tahun. “Akar tawuran sma 6 itu harus kita lihat. Itu kan sudah puluhan tahun. Saya belum tahu, tapi analisis saya apakah pertentangan antara SMA 6 dan SMA 70 diwariskan. Itu yang harus dicari. Itu bukan hanya tugas Polri, tetapi semua pihak,” tuturnya.


D. Pembahasan
Tentu kita tau tugas wartawan adalah mencari berita dan tugas seorang pelajar adalah mencari ilmu,  menuntut ilmu setinggi langit, bahagiakan orang tua dan raih cita-cita. Bukan untuk meninggikan emosi dan sifat egois dalam diri yang akhirnya anarkis membunuh nurani kalian.
Kasus kekerasan siswa SMA 6 terhadap wartawan merupakan cerminan belum dewasanya masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan konflik. KPAI melihat kasus ini  adalah kegagalan pendidikan karakter di sekolah.
Mengapa bisa terjadi tauran?
Faktor seringnya tauran:
·         faktor psikologi
·         budaya
·         sosiologis
·         faktor internal: keluarga, ekonomi dan faktor lingkungan
Awalnya peristiwa ini terjadi karena kebiasaan dari SMA 6 dan SMA 70 yang sudah mempunyai konflik dari tahun ke tahun. Sebenarnya wartawan hanya memenuhi tugasnya untuk mencari berita, yang kebetulan wartawan sedang meliput tauran antar pelajar tersebut. Tauran memang sering terjadi di kalangan pelajar, tidak heran kalau pencari berita sering memberitakan tentang tauran antar pelajar. merampas video rekaman dan melakukan pengeroyokan kepada wartawan bukanlah prilaku yang tepat. Kalian adalah pelajar Indonesia, sudah seharusnya berusaha untuk menggapai cita-cita, berusaha membahagiakan orang tua yang sudah banting tulang membiayai pendidikan kalian. jangan sampai image Tawuran adalah Realita Pelajar Indonesia melekat pada diri kalian, pelajar Indonesia harus mampu membuktikan bahwa kalian bisa, singkirkan sifat egois dan emosi tinggi, demi tercapainya cita-cita seharusnya kasus kekerasan tersebut harus dituntaskan, dengan melakukan penegakan hukum tanpa bulu. Dalam arti pelajar yang bersalah perlu diberi pembinaan, demikian juga jika ada wartawan yang terlibat tindak kekerasan juga harus diproses.
Seluruh pihak harus introspeksi dengan memberikan keteladanan akan pentingnya harmoni serta penyelesaian masalah dengan damai. Pertikaian dan konflik yang ditunjukkan para elit telah memberikan efek psikologis anak untuk bertindak anarkis.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tawuran pelajar adalah kejahatan yang biasanya di kota-kota besar dan biasanya didasari karena alasan solidaritas. Anak-anak pelajar adalah remaja harapan bangsa, yang akan menggantikan para pemimpin bangsa ini. Peran sekolah, lingkungan, orangtua dan pemerintah merupakan satu kesatuan yang harus bertanggung jawab dan bekerjasama dengan baik untuk menanggulangi permasalahan ini. Dengan adanya kerjasama, baik lingkungan pendidikan, orangtua dan pemerintah akan memberikan solusi untuk pemecahan masalah ini. Pribadi setiap manusia pada fitrahnya adalah sosok yang berbudi mulia. Hanya saja, benturan-benturan berupa brainstorming oleh faktor-faktor eksternal, membuat pribadi manusia mengalami proses transformasi diri. Sudah barang tentu, proses transformasi tersebut dapat menjurus ke arah positif atau negative. konflik merupakan hal yang  tidak  bisa  dihindari dalam sebuah organisasi, disebabkan oleh banyak factor yang pada intinya  karena organisasi terbentuk dari banyak individu & kelompok yang memiliki sifat & tujuan yg berbeda satu sama lain. Kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat dieliminir. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan individu, baik individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu dengan kelompok maupun konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang lain. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dengan baik serta mengalami eskalasi secara terbuka dapat merugikan kepentingan organisasi.




B. Saran
Dalam hal ini pembinaan dan bimbingan baik dari pihak orang tua maupun sekolah harus lebih berperan aktif dalam menanggulangi aksi tawuran antar pelajar. Pada pihak orang tua harus lebih intensif dalam memberikan arahan baik yang bersifat mendidik maupun yang bersifat pengajaran mengenai nilai dan moral bagi anak. Pihak sekolah pun dalam hal ini juga tidak kalah penting peranannya dalam pendidikan karakter anak dan adapun anak berkarakter tidak sesuai dengan yang diharapkan maka kerjasama dalam perbaikan karakter siswa adalah tugas bersama.
Pihak masyarakat dan pemerintah daerah pun sangat dibutuhkan peranannyadalam pengawasan di sekitar lingkungan sekolah maupun ditempat umum.




DAFTAR PUSTAKA


·         DETIK.COM
·         COMPAS.COM
·         OKEZONE.COM




1 komentar: