KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan
Rahmat Nya lah maka saya boleh menyelesaikan sebuah makalah ini dengan tepat
waktu.
Berikut ini saya
mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “perilaku sosial tawuran antara
kelompok pelajar” yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi
pelajar lain dan masyarakat umum lainnya.
Melalui kaa pengantar
ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi makalah
ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat.
Dengan ini saya
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih dan semoga Allah SWT
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Jakarta, 03 Oktober 2012
“Penulis”
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................ 1
B.
Tujuan .......................................................................................... 1
C.
Sasaran ........................................................................................ 2
BAB
II ISI
A. Pengertian
.................................................................................... 3
B. Penyebab ..................................................................................... 4
C.
Contoh
Kasus ............................................................................. 7
D. Pembahasan ................................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 10
B. Saran .......................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Latar belakang saya memilih judul
tersebut karena semakin maraknya tawuran antara pelajar dengan pelajar
disekolah.
Maraknya tingkah laku agresif
akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah kajian
yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya remaja
sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini
atau setidaknya mengurangi. Masalah yang lebih menarik lagi adalah para pelajar
SLTA di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia sering tawuran dan
seolah-olah bangga dengan perilakunya tersebut.
Perkembangan teknologi yang terpusat
pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku
agresif yang dilakukan oleh remaja kota. Banyaknya tontonan yang menggambarkan
perilaku agresif dan games yang bisa dimainkan di play station atau komputer
diduga bisa mempengaruhi perilaku. Inti dari pengaruh kelompok terhadap
agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap agresivitas
antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas kelompok yang
sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan mengeksklusifkan kelompok
lain.
B. Tujuan
Saya berharap untuk ke depannya atau
untuk masa yang akan datang tidak ada lagi tawuran atau keributan antara
kelompok-kelompok pelajar karena tawuran dapat merugikan orang lain dan
membahayakan diri.
Didefinisikan sebagai suatu cara untuk
melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh,atau
menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
C. Sasaran
Saya berharap dengan adanya makalah ini
saya buat supaya anak-anak pelajar sekolah terutama dan mahasiswa atau
masyarakat lain agar membaca makalah ini supaya mereka semua tersadar bahwa
tawuran itu sangat berbahaya dan tawuran adalah tindakan yang sangat anarkis
dan kriminal.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Dalam kamus bahasa indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorng manusia yang belajar sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian antara yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut di lakukan oleh orang yang sedang belajar.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja di golongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency) kenakalan remaja, dlam hal perkelahian dapat di golongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik :
Dalam kamus bahasa indonesia “tawuran” dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorng manusia yang belajar sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian antara yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut di lakukan oleh orang yang sedang belajar.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja di golongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency) kenakalan remaja, dlam hal perkelahian dapat di golongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik :
1. Delikuensi
situasional : perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan:
mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan
untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi
sistematik : para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng.
Disini ada aturan,
norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggotanya, termasuk berkelahi.
Sebagai anggotanya tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja
seorang remaja akan cenderung membuat sebuah geng yang mana dari pembentukan
geng inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus di patuhi karena ia berada di lingkup kelompok
tanpa teman sebayanya.
3. Teori
Belajar social
Teori
belajar sosial lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura (dalam Sarwono,
2002) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari- hari pun perilaku agresif
dipelajari dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam lingkungan kebudayaan
setempat atau melalui media massa.
4.
Teori Kualitas
Lingkungan
Strategi
yang dipilih seseorang untuk stimulus mana yang diprioritaskan atau diabaikan
pada suatu waktu tertentu akan menentukan reaksi positif atau negatif terhadap
lingkungan. Berikutnya adalah teori Kualitas Lingkungan yang salah satunya
meliputi kualitas fisik (ambient condition). Berbicara mengenai kualitas fisik
(ambient condition), Rahardjani dan Ancok (dalam Prabowo, 1998) menyajikan
beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku yaitu: kebisingan, temperatur,
kualitas udara, pencahayaan dan warna. Menurut Ancok (dalam Prabowo, 1998),
keadaan bising dan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi emosi para
penghuni.
B. Penyebab
Tawuran adalah suatu
tindakan anarkis yang dilakukan oleh dua kelompok dalam bentuk perkelahian
masal di tempat umum sehingga menimbulkan keributan dan rasa ketakutan (teror)
pada warga yang ada di sekitar tempat kejadian perkara tawuran.
Tawuran bisa terjadi antar
pelajar sekolah, antar mahasiswa kampus, antar mahasiswa, antar warga, antar
pendukung/supporter, antar penganut agama, antar suku, dan bias juga antara
warga dengan pelajar, antara pendukung parpol dengan polisi dan lain
sebagainya.
Tawuran yang paling sering
terjadi dalam kehidupan kita sehari hari adalah tawuran pelajar sekolah.
Tawuran antar murid sekolah biasanya terjadi berbagai hal, sebab-sebab
terjadinya tawuran diantaranya yaitu :
1.
Budaya atau
kebiasaan murid sekolah dari dulu
2.
Saling pelotot-
pelototan antar pelajar sekolah
3.
Saling ejek-
mengejek antar pelajar sekolah
4.
Ingin balas
dendam karena ada yang di ganggu
5.
Keributan imbas
dari suatu pertandingan atau perlombaan
Tawuran pelajar yang sudah
menjadi budaya akan sulit di berantas karena siswa siswi yang bandel akan
menjadi provokator tawuran dan memaksa teman temannya serta adik kelas untuk
ikut ambil bagian dalam tawuran antar pelajar.
Bagi yang tidak ikut tawuran
biasanya akan di musuhi, di kerjai, di maki maki, di ejek, di fitnah, bahkan
bias di perlakukan kasar dari para pelajar nakal.
Faktor internal, faktor ini merupakan
faktor utama penyebab para pelajar banyak yang “ikut-ikut” tawuran diantaranya. Ajakan
teman, beberapa pelajar yang tawuran ternyata ada diantara karena ajakan teman,
karena takut dibilang “cupu loe ga mau ikut tawuran, punya nyali ga loe..??”
atau “ini kan buat kebaikan sekolah kita, kalo
lo ga ikut mending ga usah jadi temen gue..”
Mental yang lemah, tidak mau dibilang
“cupu” atau “culun” banyak diantara mereka terlibat dalam tawuran, ini
mencerminkan bahwa mental para pelajar kita sangatlah lemah, hal ini tentu
harus segera diperbaiki secepatnya, mulai dari diri sendiri dengan dibantu
pihak-pihak terkait seperti guru dan orang tua.
Faktor eksternal, selain faktor internal
faktor eksternal secara tidak langsung mendorong para pelajar pelajar untuk
melakukan aksi tawuran, diantaranya. Ekonomi, biasanya para pelaku tawuran
adalah golongan pelajar menengah kebawah ini disebabkan faktor ekonomi mereka
yang pas-pasan bahkan cenderung kurang membuat mereka melampiaskan segala
ketidakberdayaannya lewat aksi perkelahian tersebut, karena diantara mereka
merasa dianggap rendah ekonominya dan akhirnya ikut tawuran agar dapat dianggap
jagoan.
Perhatian, kurangnya perhatian dari
orang-orang disekitar mereka seperti orang tua dan guru membuat mereka bebas
dan bisa melakukan segala sesuatu sesuka hati mereka, termasuk tawuran
diantaranya.
C. Contoh
Kasus
WARTAWAN
VS SMA 6 JAKARTA
bermula pada hari Jumat
(16/09). Seperti biasa, SMA 6 dan SMA 70 tawuran. Pada saat kejadian itu
berlangsung, kebetulan wartawan Trans 7 meliput kejadian tersebut. Menurut
berita anak SMA 6 kurang suka diliputnya aksi tawuran mereka. Akhirnya mereka
merampas video rekaman tersebut dan melakukan pengeroyokan kepada wartawan
tersebut yang bernama Angga Oktaviardi (news.okezone.com).
Karena hal tersebut,
akhirnya keesokan harinya wartawan berkumpul di depan SMA 6 untuk meminta
pertanggungjawaban sekolah. Kejadian ini berlangsung pada saat istirahat ke-2.
Pada saat pulang sekolah, siswa-siswi tidak dapat langsung keluar karena banyaknya
wartawan yang mencoba masuk. Para siswa diamankan dengan mengunci gerbang
sekolah.
perwakilan
dari wartawan melakukan pembicaraan dengan SMA 6 di sekolah. Namun, pembicaraan
yang berlangsung baik-baik itu, tidak dibarengi dengan tindakan wartawan dan
siswa di luar sekolah. Bentrokan terjadi dan polisi mencoba menenangkan dengan
mengeluarkan tembakan di udara.
Empat
wartawan menjadi korban. Mereka adalah Yudistiro, wartawan SINDO; Banar Fil
Ardi, wartawan online Kompas.com; Panca Surkani, wartawan Media Indonesia dan
Septiawan, wartawan Sinar Harapan.
Kapolres
Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto membantah bahwa pihaknya tak melakukan tindakan dalam menghentikan
sejumlah kasus tawuran yang sering terjadi di SMA 6 dan SMA 70 Jakarta.
namun, ia membenarkan bahwa pertikaian antarkedua sekolah tersebut memang telah
terjadi puluhan tahun. “Akar tawuran sma 6 itu harus kita
lihat. Itu kan sudah puluhan tahun. Saya belum tahu, tapi analisis saya apakah
pertentangan antara SMA 6 dan SMA 70 diwariskan. Itu yang harus
dicari. Itu bukan hanya tugas Polri, tetapi semua pihak,” tuturnya.
D. Pembahasan
Tentu kita tau tugas
wartawan adalah mencari berita dan tugas seorang pelajar adalah mencari ilmu, menuntut ilmu setinggi langit, bahagiakan
orang tua dan raih cita-cita. Bukan untuk meninggikan emosi dan sifat egois
dalam diri yang akhirnya anarkis membunuh nurani kalian.
Kasus kekerasan siswa SMA 6
terhadap wartawan merupakan cerminan belum dewasanya masyarakat dalam
menyelesaikan masalah dan konflik. KPAI melihat kasus ini adalah
kegagalan pendidikan karakter di sekolah.
Mengapa bisa terjadi tauran?
Faktor seringnya tauran:
·
faktor psikologi
·
budaya
·
sosiologis
·
faktor internal:
keluarga, ekonomi dan faktor lingkungan
Awalnya peristiwa ini
terjadi karena kebiasaan dari SMA 6 dan SMA 70 yang sudah mempunyai konflik
dari tahun ke tahun. Sebenarnya wartawan hanya memenuhi tugasnya untuk mencari
berita, yang kebetulan wartawan sedang meliput tauran antar pelajar tersebut.
Tauran memang sering terjadi di kalangan pelajar, tidak heran kalau pencari
berita sering memberitakan tentang tauran antar pelajar. merampas video rekaman
dan melakukan pengeroyokan kepada wartawan bukanlah prilaku yang tepat. Kalian
adalah pelajar Indonesia, sudah seharusnya berusaha untuk menggapai cita-cita,
berusaha membahagiakan orang tua yang sudah banting tulang membiayai pendidikan
kalian. jangan sampai image Tawuran adalah Realita Pelajar Indonesia melekat
pada diri kalian, pelajar Indonesia harus mampu membuktikan bahwa kalian bisa,
singkirkan sifat egois dan emosi tinggi, demi tercapainya cita-cita seharusnya
kasus kekerasan tersebut harus dituntaskan, dengan melakukan penegakan hukum
tanpa bulu. Dalam arti pelajar yang bersalah perlu diberi pembinaan, demikian
juga jika ada wartawan yang terlibat tindak kekerasan juga harus diproses.
Seluruh pihak harus
introspeksi dengan memberikan keteladanan akan pentingnya harmoni serta
penyelesaian masalah dengan damai. Pertikaian dan konflik yang ditunjukkan para
elit telah memberikan efek psikologis anak untuk bertindak anarkis.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tawuran pelajar adalah kejahatan yang
biasanya di kota-kota besar dan biasanya didasari karena alasan solidaritas.
Anak-anak pelajar adalah remaja harapan bangsa, yang akan menggantikan para
pemimpin bangsa ini. Peran sekolah, lingkungan, orangtua dan pemerintah
merupakan satu kesatuan yang harus bertanggung jawab dan bekerjasama dengan
baik untuk menanggulangi permasalahan ini. Dengan adanya kerjasama, baik
lingkungan pendidikan, orangtua dan pemerintah akan memberikan solusi untuk
pemecahan masalah ini. Pribadi
setiap manusia pada fitrahnya adalah sosok yang berbudi mulia. Hanya saja,
benturan-benturan berupa brainstorming oleh faktor-faktor eksternal, membuat
pribadi manusia mengalami proses transformasi diri. Sudah barang tentu, proses
transformasi tersebut dapat menjurus ke arah positif atau negative. konflik merupakan hal yang tidak
bisa dihindari dalam sebuah organisasi, disebabkan oleh banyak factor
yang pada intinya karena organisasi terbentuk dari banyak individu &
kelompok yang memiliki sifat & tujuan yg berbeda satu sama lain. Kehadiran
konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat
dieliminir. Konflik dalam organisasi dapat terjadi antara individu dengan
individu, baik individu pimpinan maupun individu karyawan, konflik individu
dengan kelompok maupun konflik antara kelompok tertentu dengan kelompok yang
lain. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan
dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai
suatu kesatuan, sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dengan baik serta
mengalami eskalasi secara terbuka dapat merugikan kepentingan organisasi.
B. Saran
Dalam
hal ini pembinaan dan bimbingan baik dari pihak orang tua maupun sekolah harus
lebih berperan aktif dalam menanggulangi aksi tawuran antar pelajar. Pada pihak
orang tua harus lebih intensif dalam memberikan arahan baik yang bersifat
mendidik maupun yang bersifat pengajaran mengenai nilai dan moral bagi anak.
Pihak sekolah pun dalam hal ini juga tidak kalah penting peranannya dalam
pendidikan karakter anak dan adapun anak berkarakter tidak sesuai dengan yang
diharapkan maka kerjasama dalam perbaikan karakter siswa adalah tugas bersama.
Pihak masyarakat dan pemerintah daerah
pun sangat dibutuhkan peranannyadalam pengawasan di sekitar lingkungan sekolah
maupun ditempat umum.
DAFTAR
PUSTAKA
·
DETIK.COM
·
COMPAS.COM
·
OKEZONE.COM
Ka fitrii
BalasHapusijin buat referensi ya