MANUSIA
DAN PANDANGAN HIDUP
Pengertian
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup
itu bersifat kodrati karena ia menentukan masa depan seseorang. Pandangan hidup
artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,
petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau
dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan
terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil
pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas
dasar itu manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman,
arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup. Pandangan hidup berdasarkan
asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
- Pandangan
hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak
kebenarannya
- Pandangan
hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang
terdapat pada suatu Negara
- Pandangan
hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang
sebagai pendukung suatu organisasi, maka panandangan hidup itu disebut
ideology. Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsure-unsur yaitu :
cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. CIta-cita ialah apa yang
diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang
hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia
makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang
dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan
akal, kemampuan jasmana, dan kepercayaan kepada Tuhan.
Ideologi
Menurut William J. Goode, dalam bukunya Vocabulary for Sosiology (1959) ideologi
mengandung dua hal. Yaitu:
1)
Unsur-unsur filsafat yang digunakan, atau usulan-usulan yang digunakan sebagai
dasar untuk kegiatan.
2)
Pembenaran intelektual untuk seperangka norma-norma, seperti kapitalisme dan
sebagainya.
Ideologi merupakan komponen
dasar terakhir dari sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup
sehari-hari. Sesuatu ideologi bagi masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu:
a)
Pandangan hidup (world view)
b)
Nilai-nilai (value)
c)
Norma-norma (lenski, 1974)
Pandangan ini menunjukkan
bahwa pandangan hidup itu merupakan bagian dari ideologi. Kebudayaan dapat
membuat kemungkinan-kemungkinan menjawab pertanyaan mengapa (why) tentang
sesuatu dari kehidupan. Untuk menjawabnya, masyarakat mengepresikan hasil kebudayaan untuk mencapai beberapa
pengertian. Dalam kenyataan ternyata ilmu pengetahuan mampu menjawap pertanyaan
mengapa (why)-nya sesuatu, tetapi sekaligus mengundang pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya.
Pada abad ke-18 dan pada
awal ke-20 banyak orang berfikir bahwa ilmu pengetahuandapat menggantikan semua
kedudukan ideologi (termasuk pandangan hidup) dan merupakan pelengkap terakhir
dari keterbatasab pandangan hidup. Sudah mafhum bahwa sains modern telah
memikirkan segala sesuatu, bahkan mendidik pribadi untuk bersikap mengambil
sejumlah kemudahan dalam rumuskan pandangan hidupnya. Tetapi, lambat laun sains
tidak dapat menghasilkan kreasinya, dalam kenyataan ia menghindar dari
soal-soal yang berdasar tentang realitas.
Dalam ideologi tindak hanya
ada norma dan pandangan hidup, tetapi ada nilai-nilai. Hanya yang penting ialah
nilai-nilai itu cendrung mengikat pandangan hidup. Pandangan hidup merupakan
pelengkap nilai-nilai dalam membuat pembenaran atau rasionalisasi untuk
nilai-nilai, seperti untuk melakukan suatu kegiatan; pandangan hidup memberi
semangat kepada nilai-nilai.
Dari uraian diatas, nampak
pada kita bahwa ideologi lebih luas dari pada pandangan hidup. Ideologi
biasanya tidak dipakai dalam hubungan individu. Ideologi digunakan dalam
konteks yang lebih luas, seperti ideologi negara, ideologi masyarakat atau
ideologi kelompok tertentu. Tetapi, lahirnya suatu Ideologi dapat disusun
secara sadar oleh tokoh-tokoh pemikir suatu masyarakat atau golongan tertentu
dari masyarakat, yang diperuntukan bagi masyarakat.
PENGERTIAN
CITA-CITA
Cita-cita adalah suatu
keiginan yang terkandung didalam hati, karena itu cita-cita juga berarti
angan-angan, keiginan, harapan, atau tujuan.
Cita-cita tidak dapat
dipaksakan dari kehidupan manusia, karena tanpa cita-cita berarti manusia tanpa
dinamika. Tidak ada dinamika berarti tidak ada kemajuan dan hidup asal hidup saja. Itu sebabnya sikap
hidup hanya menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak hasil seni yang
melukiskan cita-cita, kebajikan dan sikap hidup seseorang. Cita-cita sering
lkali berupa perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang tidak ada dalam
hati. Cita-cita diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, atau
harapan, keinginan ada yang baik dan ada yang buruk, keinginan yang baik adalah
keinginan yang dicapai dengan tidak merugikan orang lain. Keinginan buruk
adalah keinginan yang dapat merugikan orang lain.
Cita-cita berarti harapan,
keinginan, dan tujuan. Contoh cata-cita yang berarti harapan. Misalnya, Adi
mendapat nilai C bukan main kecewanya, ia mengharapkan nilai A, sebab pesiapan
untuk final yang dilaksanakannya cukup lama dan ia merasa telah menguasai benar-benar
materi yang diujikan.
Cita-cita yang berarti
keinginan. Maya ingin sekali melanjutkan studinya UGM. Ia mendaftar dan
mengikuti testing masuk perguruan tinggi. Ternyata tidak lulus sehingga ia
tidak dapat melanjutkan studinya di UGM.
Contoh cita-cita tang
berarti tujuan, Nana bertujuan setamat SMA akan melanjutkan sekolahnya di
Jakarta, ikut pamannya. Ternyata tamat SMA, pamannya dipindah tugaskan keluar
jawa. Hal itu menyebabkan Nana tidak jadi melanjutkan sekolahnya di Jakarta.
Ada tiga katagori keadaan hati
seseorang.
a.
Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai.
Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan dan segala kesulitan yang
dihadapinya. Orang yang berarti keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan
sukses hidupnya.
b.
Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-cita menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu,
karena itu biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-cita.
c.
Orang yang lemah, mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi bila menghadapi
kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan atau berganti keinginan.
PENGERTIAN
KEBAJIKAN
Kebajikan dapat
diartikan kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan, keselamatan, keuntungan, kemakmuran dan kebahagiaan.
Manusia berbuat kebaikan karena menurut kodratnya, manusia dilahirkan dalam
keadaan fitrah (suci). Dengan kesucian jiwanya itu mendorong hati nuraninya
untuk berbuat kebaikan. “sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan”. (Q. S AN-Nahl =
90).
Manusia adalah seorang
pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur itu terpisah
bila manusia meninggal. Karena pribadi merupakan, manusia mempunyai pendapai
sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan
sebagainya.
Manusia merupakan makhluk
sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling tolong
menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling
mencurigai, saling membanci, saling merugikan dan sebagainya. Manusia sebagai
makhluk tuhan, diciptakan manusia dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu
manusia di lengkapi kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas alam
sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Kebajikan dapat dilihat dari tiga segi
yaitu:
a.
Manusia sebagai pribadi; dapat menentukan baik buruk. Yang menentukan baik
buruk itu adalah suara hati. Suara hati bisikan dalam hati untuk menimbang
perbuatan baik atau tidak. Jadi, suara hati itu merupakan hakim terhadap diri
sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia sering
kali tidak mau mendengarkannya.
b.
Manusia sebagai anggota masyarakat; yang menentukan baik buruk adalah suara
hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati
masyarakat menganggap baik.
c.
Manusia sebagai makhluk Tuhan; melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Kebajikan berasal dari dua sumber
yaitu:
a.
Manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini (Q. S AL-Baqarah: 30)
b.
Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya.
Kebajikan Tuhan adalah
berupa karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman kepada Tuhan, mereka tidak
percaya adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya, tetapi bagi orang yang
beriman, ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena karunia-Nya juga,
manusia hanya sebagai perantaraannya saja.
Kebajikan dapat dikelompokkan dalam
tiga, yaitu:
a.
Kebajikan yang berupa tingkah laku, misalnya sabda dan perbuatan Nabi Muhammad
SAW merupakan Rahmatan Lil’alamin.
b.
Kebajikan yang berupa benda-benda, misalnya harta kekayaan, bila tidak
diamalkan maka harta tersebut hanya berjasa bagi pemiliknya saja, bila
diamalkan harta demikian berfungsi untuk sosial.
c.
Kebajikan yang berupa benda yang tak berwujud, misalnya ilmu pengetahuan,
kemampuan dan keahlian untuk menciptakan sesuatu.
Pepatah mengatakan bahwa. “Ilmu yang tidak di amalkan ibarat pohon yang
tidak berbuah”. Tetapi ilmu yang diamalkan memiliki makna kebajikan dan
keutamaan yang dalam sekali. Nabi Muhammad SAW bersabda “Barang siapa yang di kehendaki baik oleh Allah maka ia di pintarkan
dalam hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya kepandaian dalam hal itu”. (H. R
Bukhari, Muslim, Tabrani).
Hadits diatas menjelaskan
bahwa betapa tinggi nilai ilmu pengetahuan itu sehingga dipersamakan seiring
dengan derajat kenabian, betapa pula rendahnya suatu amalan yang sunyi dari
ilmu pengetahuan, sekalipun yang beramal ibadat itu tentunya tidak terlepas
dari pengetahuan cara ibadat yang senantiasa di kekalkan mengerjakannya, maka
jika tanpa pengetahuan cara peribadatannya pastilah bukan ibadat namanya.
MANUSIA
DAN PANDANGAN HIDUP
Manusia
sebagai pribadi
Berbicara mengenai manusia bukanlah sesuatu yang mudah dan
sederhana untuk dibicarakan, karna manusia banyak memiliki
keunikannya maka keunikan tersebut dinyatakan sebagai kodrat manusia,
ataupun sebaliknya, begitu banyak permasalahan yang ditimbulkannya maka permasalahan
merupakan masalah sekaligus manusia mampu menyelesaikan berbagai permasalahan
yang timbul dalam berbagai kehidupan. Manusia sulit difahami dan dimengerti
secara menyeluruh tetapi juga manusia mempunyai banyak kekuatan-kekuatan
spiritual yang mendorong seseorang mampu bekerja dan mengembangkan pribadinya
secara mandiri.
Arti pribadi menurut lughah adalah mandiri, sendiri. Dan arti pribadi menurut
istilah ialah manusia mandiri dalam menentukan kehendaknya, menentukan sendiri
setiap perbuatannya dalam pencapaian kehendaknya.
Allah Yang Maha Kuasa telah memberikan akal budi, manusia
tahu apa yang harus dilakukannya, mengapa harus melakukannya, karena manusia
adalah mahluk hidup, yang mampu memberdayakan akal budinya, maka manusia
mempunyai berbagai kemampuan, mampu berfikir, berkreasi, berinovasi
,memberdayakan kekuatannya sehingga manusia tidak pernah berhenti untuk
berkembang dalam mengembangkan dirinya sebagai suatu upaya dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya dalam mengaktualisasikan sebagai indifidu.
Berkaitan dengan hal tersebut Abraham Maslow dalam salah
satu teorinya menyatakan “Manusia banyak mempunyai kebutuhan,dan kebutuhan itu
menyangkut kebutuhan akan kekuatan,lahir bathin, kebutuhan akan rasa aman,
kebutuhan menjadi anggota kelompok, kebutuhan ego, serta kebutuhan untuk
mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya”
Maka, manusia dalam
mengaktualisasikan dirinya secara nandiri, dibutuhkan suatu proses pembelajaran
beserta latihan yang terus-menerus dalam meraih perestasinya yang
mengarah kepada sesuatu yang menjadi visi dan misi hidupnya
masing-masing. Tetapi sering kali manusia dalam mengembangkan dirinya
sering kali dihanyutkan dan dihempaskan oleh berbagai realita nyata yang ada
disekitarnya apakah itu berupa cobaan, kegagalan ,hambatan rintangan,
persaingan dsb. Artinya manusia akan menemukan berbagai kendala dalam menuai
jati dirinya dan tidak selalu mulus, dan kendala-kendala ini harus kita hadapi
dengan mencari berbagai terobosan, mengetahui akar permasalahannya, dan dicari
jalan penyelesaiannya , sehingga akan menjawab semua tantangan dan rintangan
yang dihadapi manusia sebagai nyata upaya pembelajaran diri, manusia tanpa
mengalami proses pembelajaran diri , manusia akan sulit menjadi manusia
mandiri.
Kecenderungan manusia dalam merubah sebagai pribadi mandiri, sering kali pada
kenyataannya menjadi lain, hal itupun sebagai suatu proses pembentukan
kepribadiannya.
Pada dasarnya pembentukan kepribadian adalah suatu proses pembelajaran dalam
diri yang selalu melekat dan tak akan pernah berakhir kecuali berakhirnya
dengan kematian.
Proses pembentukan diri melibatkan manusia secara
keseluruhan dalam masa sejarah kehidupan pribadi yang merupakan kegiatan masa
lampai maupun kegiatan dimasa mendatang. Kemudian terbentuknya individu
dan kegiatan individu tidak ditentukan oleh pengalamannya saja tetapi ada
proses interaksi antasa individu dengan lingkungan disekitarnya, dalam hal ini
individu sebagai subjek dalam nengelola pengalamannya, bahkan memiliki berbagai
pengalamannya. Dan manusia dengan pengalamannya mampu berinteraksi
sebagai mahkuk social, manusia terpanggil untuk mengembangkan dirinya,
bertafakur dengan dirinya, melakukan dialog secara terus-menerus dengan
lingkungan, dan saling berinteraksi untuk menggapai kualitas pribadi.
Manusia berupaya mendakwakan dirinya untuk beraktualisasi dalam
lingkungan sosialnya dengan menampilkan tahap demi tahap dari
perkembangan kepribadian yang mantap dan harmonis sebagai wujud manusia yang
mempunyai totalitas.
Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, yang mengikat dalam karakter
bangsa Indonesia sehingga setiap pribadi harus menjadi bangsa yang
mandiri dan berkepribadia sesuai dengan falsafah kita. Keberadaan manusia
dimuka bumi ini, ditakdirkan untuk mengisi kehidupan alam ini,
pengelolaan dan pengaturannya harus dengan sebaik-baiknya tanpa
merusaknya .
Menurut agama Islam khususnya, Allah membuat dua pilihan
untuk manusia yaitu kemudahan menuju jalan yang baik dan kemudahan menuju
kepada jalan yang tidak baik, Iman dan taqwalah inilah yang akan menjadi
pribadi mandiri dan mampu memilih jalan yang benar.
1. Pandangan Hidup
merupakan
suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani.
Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau
negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus
merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat
berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa
saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh
semua orang dan semua golongan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai
dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar
cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun
kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya
mengarah pada hal-hal yang bersifat negative.
Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup
yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup
yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan
gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta
kesulitan yang dihadapinya.
Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta
bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan
senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang
diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini
disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam
pandangan hidupnya.
Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan
hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun
demikian, pandangan hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan
hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita
atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk
dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme
belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo
(1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu
bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak
selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang
biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology.
Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun
masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
2.
Cita-Cita
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap
hidup.Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepas diri dari cita-cita,
kebajikan dan sikap hidup itu.
Orang tua selalu menimang-nimang anaknya sejak masih bayi
agar menjadi dokter, insinyur, dan sebagainya. Ini berarti bahwa
sejak anaknya lahir, bahkan sejak dalam kandungan, orang tua telah
berangan-angan agar anaknya itu mempunyai jabatan atau profesi yang biasanya
tak tercapai oleh orang tuanya.
Selain dari itu, pada setiap kelahiran bayi, do’a yang di
ucapkan oleh family atau handai taulan biasanya berbunyi : “ Semoga kelak
menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, agama, dan berbakti kepada orang
tua.
Karena itu wajarlah apabila cita-cita, kebajikan, dan
pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita,
tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada
pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan
yang ada dalam hati. Cita-cita sering kali diartikan sebagai angan-angan,
keinginan, kemauan, niat atau harapan.Cita-cita itu penting bagi manusia,
karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni lunak,
keras,dan lemah, seperti :
- Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti
berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan,
tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras
biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
- Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai
cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap
berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga
mencapai cita-citanya.
- Orang yang berhati lemah biasanya mudah terpengaruh
oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti
haluan dan berganti keinginan.
3.
Sikap Hidup
Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini.Apakah
kita mempunyai sikap yang positif atau yang negatif. Apakah kita mempunyai
sikap optimis atau pesimis? Atau apakah kita mempunyai sikap yang apatis?.
Sikap itu ada didalam hati kita dan hanya kitalah yang
tahu.orang lain hanya baru tahu setelah kita bertindak. Sikap itu penting,
setiap manusia mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda
sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai kemauan yang membentuknya.
Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan
lingkungan. Dalam menghadapi kehidupan, manusia selalu menghadapi manusia lain
atau menghadapi sekelompok manusia. Ada beberapa sikap etis dan non
etis. Sikap etis disebut juga sikap positif, dan sikap non etis
disebut juga sikap negatif.
Ada tujuh sikap etis, yaitu :
- sikap lincah
- sikap arif
- sikap rendah hati
- sikap berani
- sikap tenang
- sikap halus
- dan sikap bangga
Sikap non etis atau sikap negatif, yaitu :
- sikap kaku
- sikap takut
- sikap gugup
- sikap kasar
- sikap angkuh
- dan sikap rendah diri
Sikap-sikap ini harus dijauhkan dari diri pribadi-pribadi.,
karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan
bangsa.
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawaciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu diantar keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain menusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari
kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung
dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non
fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya.
Selain itu manusia sadar pula bahwa kehidupannya itu lain
bila dibandingkan dengan kehidupan makhluk lain. Sadar pula bahwa dibalik
kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin lagi
bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang sesungguhnya.
Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang
dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu
akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu yang
dapat menuntunnya kearah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut “ sesuatu
dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata keduanya adalah “ Agama
dan Tuhan “. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan
masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia yang
memahaminya, sehingga banyak orang yang memeluk suatu agama semata-mata atas
dasar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja
dan tidak sampai batinnya. Atau yang sering dikenal dengan agama KTP. Padahal
urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dalam satu hadistnya :Agama adalah akal, tidak
ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal.”
Maksud Nabi Muhammad SAW tersebut ialah agar manusia dalam
memilih suatu agama benar-benar berdasarkan pertimbangan akalnya, dan bukan
semata-mata karena asas keturunan. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah SWT
dalam surat Al-Baqarah ayat-236 yang artinya :
“ Tidak ada paksaan untuk memasuki sesuatu
agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan (agama) yang benar dan jalan
(agama) yang salah.”
Ternyata, pandangan hidup sangat penting. Baik untuk
kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap
manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan
pilihan akal bukan sekedar ikut-ikutan saja.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita
adalah suatu kebutuhan. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum, tidur, dan
sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat
kita memerlukan perlindungan Allah SWT dan petunjuk agama sampai diakhir nanti.
MANUSIA
DAN TANGGUNG JAWAB
Tanggung
jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga
bertanggung jawab adalah kewajiban
menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan
jawaban dan menanggung akibatnya. Tanggungjawab adalah kesadaran manusia akan
tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tanggungjawab juga juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya. Seseorang mau bertanggungjawab karena ada kesadaran atau
keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas
kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggungjawab itu karena manusia itu hidup
bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Tanggungjawab itu bersifat
kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia
pasti dibebani dengan tanggungjawab. Apabila ia tidak mau bertanggungjawab,
maka akan ada pihal lain yang memaksa tanggungjawab itu. Dengan demikian
tanggungjawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang
berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi pembuat ia harus menyadari
akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan
ke dalam keadaan baik. Daari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau
bertanggungjawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual
maupun dengan cara masyarakat.
Apabila
dikaji, tanggungjawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau
dipenuhi sebagai akibat dari pebuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat
dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian pada pihak lain. Kewajiban
atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak
lain dengan keseimbangan, keserasian keselarasan antara sesama manusia,
antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu
dipelihara dengan baik. Tanggungjawab itu cirri manusia beradab (berbudaya).
Manusia merasa bertanggungjawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk
perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian
atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaan
bertanggungjawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan, dan takwa terhadap Tuhan.
Macam-macam
Tanggungjawab :
Tanggungjawab terhadap diri sendiri
Tanggungjawab terhadap Keluarga
Tanggungjawab terhadap masyarakat
Tanggungjawab terhadap bangsa / negara
Tanggungjawab terhadap Tuhan
Pengabdian
dan Pengorbanan
Wujud tanggungjawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan.
Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu
sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu
ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya
adalah rasa tanggungjaab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk
mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi keapada
keluarga. Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan
mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada
Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada uhan, dan merupakan
perwujudan tanggungjawab kepad Tuhan.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang
berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarati pemberian untuk menyatakan
kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung
keikhalasan yangtidak menganadung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas
kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan
pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan.
Antara sesame kawan sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian
mengandung arti lebih rendah tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat
juga diterapkan kepada sesama teman..
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat
berupa harta benda, pikiran dan perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya.
Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa
ada transaksi, kapan sja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada
perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu
misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu
dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar