PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
Latar
belakang suatu keputusan
Dalam pembahasan soal pengambilan keputusan maka
sungguh mengesankan dan berfaedah meninjau setiap organisasi, perorangan, dan
kelompok perorangan yang bersangkutan dari segi teori sistem. Dalam rangka
teori istilah sistem berarti seperangkat unsur atau komponen yang terkait dalam
berbagai bentuk hubungan. Perilaku sesuatu sistem ditentukan oleh hubungan
antar unsurnya. Suatu organisasi, sebagai misal, dipandang sebagai suatu sistem
yang terdiri atas beberapa perorangan, atau beberapa kelompok perorangan, atau
terdiri atas beberapa bagian yang bekerja sama untuk mencapai seperangkat
tujuan bersama. Maka perilaku dari organisasi itu untuk sebagian ditentukan
oleh perilaku dari bagian-bagiannya serta dari hubungan antar-bagian.
Sistem-sistem itu terdapat pada berbagai tingkatan.
Pada tingkat jenjang bawah dalam suatu hirarki (tata-jenjang) masing-masing
unsur dapat dipandang sebagai sistem-sistem tersendiri. Misalnya, masing-masing
bagian dalam suatu organisasi menunjuk ciri-ciri sebagai suatu sistem lengkap.
Pada tingkat yang lebih tinggi, organisasi aslinya dapat pula dipandang sebagai
suatu unsur dalam sistem yang lebih luas. Tatanan jenjang semacam ini banyak
dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Tatanan ini muncul dalam beraneka bentuk
kegiatan manusia. Dalam ungkapan umum tidak terdapat batas yang logis dalam
proses pembagi-bagian sistem dalam unsur-unsurnya. Namun dalam praktek proses
pembagi-bagian itu hanya dilanjutkan sejauh yang perlu berkenan dengan
pertimbangan sesuatu soal.
Definisi
Pengambilan
keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan
fungsi manajemen. Menurut Herbert A. Simon, ahli teori kepufusan dan
organisasi mengonseptualisasikan tiga tahap utama dalam proses, pengambilan
keputusan:
1.
Aktivitas
inteligens
2.
Aktivitas desain
3.
Aktivitas
memilih.
Dan definisnya
sebagai berikut :
1. Aktivitas
inteligensi. Berasal dari pengertian militer "intelligence,"
Simon mendeskripsikan tahap awal ini sebagai penelusuran kondisi lingkungan
yang memerlukan pengambilan keputusan.
2. Aktivitas
desain. Selama tahap kedua, mungkin terjadi tindakan penemuan,
pengembangan, dan analisis masalah.
3. Aktivitas
memilih. Tahap ketiga dan terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih
tindakan tertentu dari yang tersedia.
Tahap ketiga dan
terakhir ini merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang
tersedia. Sedangkan Mintzberg a koleganya mengemukakan tentang
langkah-langkah pengambilan keputusan, yaitu:
1.
Tahap
identifikasi
2.
Tahap
pengembangan, dan
3.
Tahap seleksi.
Dan definisnya
sebagai berikut :
1. Tahap
identifikasi, di mana pengenalan masalah
atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat Diketahui bahwa
masalah yang berat mendapatkan diagnosis yang ekstensif dan sistematis, tep
masalah yang sederhana tidak.
2. Tahap
pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi
standar yang ada as mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa
proses desain merupakan proses pencarian d percobaan di mana pembuat keputusan
hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
3. Tahap
seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi:
denganpenilainn pembuat keputusan, berdasarkan pengalaman atau intuisi,
bukan analisis logis; dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis; dan
dengan tnwar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat
keputusan dan semua manuver politik yang ada. Sekali keputusan diterima secara
formal, otorisasi pun kemudian dibuat.
Jenis-jenis pengambilan keputusan
· Gaya Direktif
Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi
rendah pada ambiguitas, dan berorienytasi pada tugas dan masalah teknis.
Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis
dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta
dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada
tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan,
ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.
·
Gaya Analitik
Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi
yang tinggi untuk ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis.
Jenis ini suka menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung
terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan
alternatif darpada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu
lama untuk mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak
menentu dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.
·
Gaya Konseptual
Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi
tinggi untuk ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial.
Mereka berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan
banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas
sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan
kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan
konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam menemukan
solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka
dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan.
·
Gaya Perilaku
Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan
toleransi ambiguitas yang rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial.
Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai
situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima saran,
sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Mereka
cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang
lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak'
kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat
hasil keputusan akan membuat orang sedih.
Faktor-faktor
pengambilan keputusan
Faktor – faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan
Diantaranya :
·
faktor Fisik
·
Emosional
·
Rasional
·
Praktikal
·
Interpersonal dan Struktural
Keputusan dapat diambil dengan cara individual &
kelompok, individual contohnya seperti pengambilan keputusan yang diambil oleh
manager saja tanpa adanya rapat kerja atau diskusi. Sedangkan kelompok
merupakan pengambilan keputusan yang prosesnya melalui hasil dari rapat atau
diskusi bersama.
Untuk mendapatkan hasil yang baik Pengambilan
keputusan haruslah melalui beberapa proses, diantaranya :
1. IDENTIFIKASI
MASALAH
2. PENGUMPULAN
& PENGANALISASI DATA
3. PEMBUATAN ALTERNATIF-ALTERNATIF
KEBIJAKAN
4. PEMILIHAN
SALAH SATU ALTERNATIF TERBAIK
5. PELAKSANAAN
KEPUTUSAN
Dengan cara melakukan proses seperti di atas
pengambilan keputusan dalam organisasi akan berjalan baik dan akan mendapat
hasil yang baik pula.
Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan
Proses yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
dalam organisasi yaitu :
§
Adanya
pengaruh tekanan dari luar
Adanya
pengaruh tekanan dari luar merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan, dikarenakan proses cepat atau lambatnya
pembuat keputusan tergantung dari banyaknya tekanan diterima. Kadang pembuat
keputusan ragu-ragu dalam menentukan, namun adanya pengaruh tekanan dari luar
dapat mempercepat keputusan yang diambil. Hal ini dikarenakan tidak adnaya
ketegasan dari pemimpin organisasi dalam penyelesaian masalah.
§
Adanya
pengaruh kebiasaan lama atau sifat-sifat pribadi
Faktor sifat yang baik maupun tidak baik yang ada
dalam diri seorang pembuat keputusan, merupakan hal yang dapat mempengaruhi
keputusannya tersebut . Dalam hal ini seorang pembuat keputusan akan terbiasa
dengan sifat pribadinya. Hal ini dapat dilihat dari sisi kepribadian seorang
pemimpin, bagaimana dia mengambil sebuah keputusan dalam mengahadapi masalah.
Tentunya seorang oemimpin organisasi harus bijaksana dalam bersikap ketika ada
masalah dan mengambil keputusan.
§
Pengaruh
dari kelompok lain
Kelompok lain juga dapat mempengaruhi suatu keputusan
dikarenakan kelompok atau organisasi tersebut mempunyai keputusan yang dapat
dipertimbangkan oleh pemimpin organisasi lain dalam menyikapi masalah dan
pengaruh kelompok lain ini juga dapat menjatuhkan organisasi serta mementingkan
kepentingan kelompok tersebut.
§
Faktor
pengalaman
Faktor pengalaman seorang pembuat keputusan adalah hal
yang sangat penting, karena banyaknya pengalaman orang tersebut maka ia akan
berani dalam menentukan keputusan. Hal ini juga berkaitan terhadap keahlian
yang dimiliki oleh pemimpin atau anggota karena pengalaman yang pernah
dialaminya.
Proses Pengambilan Keputusan
Sifat
dan wujud proses pengambilan keputusan telah ditelaah secara intensif dalam
beberapa tahun terakhir ini. Kesimpulan yang diperoleh dari masing-masing karya
telah berbeda-beda dalam sejumlah aspeknya. Namun semua studi itu sama-sama
berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang mencakupi
beberapa tahap yang saling terjalin, dan bukanlah merupakan suatu perbuatan
terpisah. Salah satu pengarang pertama yang melukiskan proses pengambilan
keputusan itu sebagai serangkaian tahap ialah John Deway. Dalam karya yang
dikarangnya pada tahum 1910 dia mengemukakan bahwa proses pemecahan masalah
dapat dipandang terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai jawaban atas tiga
pertanyaan:
1.
Apakah
masalahnya?
2.
Bagaimana
masing-masing alternatifnya?
3.
Alternatif
yang manakah yang lebih unggul?
Beberapa
model lainnya mengenai proses pengambilan keputusan mengikuti pendekatan umum
seperti yang disarankan oleh Dewey. Mungkin
yang paling terkenal ialah model Herbert A. Simon. Model ini terdiri atas tiga
tahap, yang dapat diperincikan sebagai berikut:
Intelijen : Lingkungan intern dan ekstern dari
pengambil keputusan di selidiki untuk menemukan kondisi yang memerlukan
keputusan, lalu dikumpulkan informasi tentang aneka kondisi itu.
Disain : Berbagai macam tindakan yang
tersedia pada para pengambil keputusan itu ditetapkan lalu dianalisis setelah
berhasil melacak problematik pemecahan potensial bagi masing-masing masalah
keputusan.
Pilihan : Salah satu langkah tindakan itu
dipilih untuk dilaksanakan atas dasar penilaian tentang keefektifannya guna
mencapai sasaran.
Dalam
suatu karya kemudian Simon menambahkan tahap yang keempat yang disebutnya tahap
peninjauan (review). Tahap peninjauan itu mencakupi suatu proses penilaian
terhadap pilihan-pilihan yang terdahulu, untuk mempertimbangkan kemungkinana
penyesuaian terhadap pendekatan yang telah diterapkan sebagai persiapan untuk
kegiatan pengambilan keputusan selanjutnya. Tahap keempat ini merupakan suatu
penyesuaian terhadap teknik-teknik pengambilan keputusan umumnya, dan bukan
merupakan bagian dari proses yang diterapkan terhadap suatu situasi keputusan
khas tertentu.
Suatu
uraian yang lebih terperinci mengenai proses pengambilan keputusan telah
dikemukakan oleh Eilon dalam makalahnya yang bermaksud menjajaki berbagai aspek
tentang wujud dan sifat keputusan. Proses keputusan yang dilukiskan oleh Eilon
itu terdiri atas delapan tahap, yang dapat diperincikan secara singkat sebagai
berikut :
1.
Masukan
(input) informasi
2.
Analisis
dari informasi yang tersedia
3.
Spesifikasi
tolok ukur dari prestasi dan biaya
4.
Pembuatan
model tentang situasi keputusan
5.
Perumusan
beraneka alternatif (atau strategi) yang tersedia bagi para pengambil keputusan
6.
Peramalan
mengenai hasil dari masing-masing alternatif
7.
Perincian
kriteria pilihan di antara berbagai alternatif
8.
Penjelasan
pemecahan situasi keputusan
Model
Simon maupun Eilon kedua-keduanya menyajikan suatu kerangka awal untuk
mempertimbangkan proses keputusan dan memberi gambaran tentang urutan tindakan
yang perlu dilakukan sebelum situasi keputusannya dapat diselesaikan. Dalam
praktek, langkah-langkah tahapan itu dapat berlangsung dengan urutan yang agak
menyimpang. Ada yang berlangsung secara implisit, dan ada pula yang berlangsung
secara serentak. Lagipula proses keputusannya acapkali terdiri atas serentetan
pengulangan dari sebagian atau seluruh langkah yang telah diperincikan, dan
bukan berlangsung sekali dalam proses yang mencakupi serentetan tahap.
Referensi :
- SETIOKO, AJI. Pengambilan Keputusan
Dalam Perilaku Organisasi.
- K. J Radford Analisis Keputusan
Manajemen (MODERN MANAGERIAL DECISION MAKING)
- N. Howard, Paradoxes of
Rationality, the MIT Press, 1971.
- K. J Radford, Managerial Decision
Making, Reston, 1975.